top of page

Dari Jendela Berdebu

Writer's picture: AndiAndi

Aku melukis dengan sepasang mata bulat me-merah

Aku gambar kesendirian dan kedinginan di pelupuk mata

Tinta Nya jatuh membasahi ubin-ubin kayu tua

Meresap tak berbekas



Hujan selalu menjadi teman setia dedaunan

Serta puluhan padang pasir tandus

Segerombolan sapi-sapi kehausan

Mendengarnya saja sudah dahaga


Tanganku membayangkan masa demi masa kebelakang

Menari bersama udara dingin dan hujan yang menjalar

Dari ruas tulang belakang hingga rongga dada

Masuk ke sela-sela daun telinga dan meresap di pipi

Aku berdansa dengan kenangan

"Tiada seindah dulu"

Setumpuk kalimat yang menghujam ruas-ruas tulang belakang ku

Menjatuhkan seratus hingga ribuan harapan untuk melanjutkan nafas


Remuk sekujur tubuhku

Kenangan demi kenangan lalu lalang di ruang tanpa sekat di hati ku

"hujan tentu akan berhenti dan matahari akan bersinar"

Aku mulai menatap kaca-kaca pecah akibat petir beberapa detik lalu

Aku lihat wajah yang mulai lelah dan letih

Aku basuh dengan embun-embun sisa gersang semalam


Ragaku mungkin remuk

Tulang dan ruas-ruas nya mungkin sakit dan berdarah

Hatiku masih kuat

Mampu berbicara pada jam-jam di dinding sepanjang malam

Aku membuka jendela yang sudah berdebu

Sudah tertinggal puluhan tahun


Aku melihat cahaya dan sinar-sinar malam

Berdansa mengiringi perginya hujan dan dingin

Sepanjang malam senyum melukis wajah ku


Dari jendela berdebu

Dari jalanan sepi

Dari hujan dan dingin malam

Aku menjadikan tubuh yang remuk dan hati yang menjelajahi kenangan demi kenangan

Hidup dan nyala!


Dari jendela berdebu


8.43 PM Malang, Friday March 24th 2017

7 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Created by Andi with ♥️

  • Black Instagram Icon
  • Black LinkedIn Icon
bottom of page