Disusun jari nan sepuluh
Sore yang berkabut di tanah padang
Surat berbungkus keju dari -mande-
Kabar -tambo- berkisah tentang bujang

Bujang
Anak Mande
Gunjingan pasir di pagar rumah gadang
Mendinginkan tiang dan segenap atapnya
Mendoa-kan air-mata-air pecah di halaman
Bak keladi -atas- air yang menyembah
Melangit-kan tanya ber-buhul harapan
Mande tersenyum kecut dengan sapu tangan
Pesan mande “Elok-elok bujang di rantau urang”
Bujang
Anak Mande
-Rangkiang- memekik hingga ke tanah gula
Merobohkan -surau- di tengah kampung
Kaca-kaca rumah gadang maretak
Bercerita pada pagi petang yang berlarian
Hilalang luka ter-sebab oleh bujang
Bujang seorang ke -rantau- nan jauh
Bujang
Anak Mande
Sore telah memeluk gelap
Langkah kerbau mulai terseok, balik ke kandang
Di hulu langit terbias kuning
Mulai besok, rumah gadang sepi
Seperti tiang-tiang-nya tanpa atap
Dan pintu-pintu-nya mendoakan air mata
Bujang telah berjalan ke tanah jawa
Bujang
Anak Mande
Keladi belakang rumah dicabik hujan
Ribuan tetes air mengeringkan -Rumah Gadang-
Tas pendek berbungkus baju dan perkakas lama
Beranjak lari -berlarian- membusungkan dada
Hati keras bujang berjalan jauh
Mande bungkus tangis dan segenap air nya
Bujang
Anak Mande
Kini rumah gadang berdiam akan cerita
-Abak- beringsut mengernyitkan lutut
Memikul cangkul petang pagi menguras ladang
Rumput bunuh -berbunuhan- atas cangkul
Mencecer-kan darah, nanah dan luka, bujang
Tindih bertindih bak tiang rumah gadang
Menggigit sepi bertopi luka
Bujang
Anak Mande
Pelipis mande mulai keriput
Cakung sampai ke pelupuk mata
Tak tersisa lagi kini tawa pecah bujang, di rumah gadang
Biar pagi petang menggigil
Bujang
Anak Mande
“Elok-elok di rantau urang”
20 Maret 2017
Comments